Gharim ( orang yang berhutang ) merupakan salah satu dari delapan asnaf penerima zakat. Terdapat beberapa kriteria Gharim yang berhak menerima zakat. Salah satunya adalah hutang harus digunakan untuk hal–hal yang diperbolehkan dan tidak berlebihan, bukan dalam rangka maksiat pada Allah seperti judi, minum khamr, dan riba. Jika hutang karena
maksiat maka harus bertaubat terlebih dahulu, untuk mendapatkan keberhakan atas dana zakat. Fenomena yang ada masa kini adalah maraknya praktek riba baik secara makro maupun mikro sehingga banyak menimbulkan Gharim akibat riba yang membutuhkan bantuan untuk keluar dari jeratan riba tersebut. Salah satu pihak yang dianggap berhak
menanganinya adalah lembaga amil zakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan dan perlakuan lembaga zakat terhadap Gharim akibat riba dengan study kasus di BPZIS Mandiri. Penelitiann ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada objek yang diteliti secara obyektif. Dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi literatur. Wawancara dilakukan kepada karyawan BPZIS Mandiri bidang penghimpunan yang sebelumnya pernah menjabat sebagai
staff bidang penyaluran selama 2,5 tahun. Hasil dari penelitian ini adalah PZIS Bank mandiri memiliki pertimbangan dalam memberikan dana zakat pada Gharim akibat riba yaitu dari sisi latar belakang hutang, urgentsinya, dan potensi pemberdayaan. Dalam prakteknya BPZIS Mandiri pernah memberikan bantuan kepada Gharim akibat riba, tidak membantu, dan mencarikan alternative lain untuk penyaluran zakat dengan cara pengalihan asnaf.